Christopher G

Bioteknologi Konvensional Pembuatan Roti yang Menjadi Salah Satu Sumber Daya Alam Utama di Indonesia

4 Mei 2021 — Christopher Gijoh

SDG 12 - Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab

Globalisasi adalah proses terhubungnya budaya dan ekonomi di seluruh dunia yang berpengaruh pada berbagai bidang kehidupan (Diniari, 2018). Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi membuat banyak orang cenderung menginginkan hidup serba cepat dan praktis. Karena itu, banyak orang yang sekarang berperilaku konsumtif, terutama dalam hal makanan karena adanya makanan cepat saji. Makanan siap atau cepat saji adalah makanan yang sangat mudah dan cepat diolah sebagai pengganti makanan rumahan. Sekarang ini, makanan cepat saji menjadi makanan yang banyak diminati oleh masyarakat berbagai kalangan, terutama masyarakat perkotaan yang cenderung sibuk dan banyaknya restoran cepat saji yang ada. Karena itu, makanan yang dibuat secara tradisional dengan bioteknologi konvensional tidak lagi diminati karena menyita waktu dan dianggap tidak praktis.

Mikroorganisme yang digunakan dalam bioteknologi konvensional

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (Tim Abdi Guru, 2018). Bioteknologi dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Berdasarkan jenis agen yang digunakan, bioteknologi digolongkan menjadi bioteknologi konvensional yang menggunakan mikroorganisme utuh dan bioteknologi modern yang menggunakan DNA atau enzim dari mikroorganisme (Rahmatunnisa, 2018).

Penerapan bioteknologi di berbagai bidang

Umumnya, bioteknologi sering ditemukan dalam pembuatan pangan. Bioteknologi yang diterapkan dalam pembuatan pangan adalah bioteknologi konvensional yang memanfaatkan mikroorganisme seperti dalam ragi pembuatan roti dan tempe, rennet dalam pembuatan keju, dan bakteri dalam pembuatan yoghurt. Tetapi, penerapan bioteknologi sebenarnya lebih luas dari itu. Dalam proses pembuatan pangan, bioteknologi konvensional membantu proses fermentasi. Sedangkan bioteknologi modern dapat dimanfaatkan dalam pertanian untuk membuat bibit unggul, mempercepat masa panen, serta menjaga ketahanan pangan (UNAS, 2017).

Peta letak Indonesia

Secara geografis, Indonesia terletak di antara Benua Australia dan Asia, serta di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Sebab itu, Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, yang dipengaruhi oleh angin musim tiap enam bulan (Ruangguru, 2020). Sedangkan secara astronomis, Indonesia terletak di 6° LU (Lintang Utara) - 11° LS (Lintang Selatan) dan 95° BT (Bujur Timur) - 141° BT (Bujur Timur). Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan memiliki iklim tropis. Iklim tropis Indonesia ini berpengaruh pada sumber daya alam pertanian Indonesia yang subur karena memiliki curah hujan yang tinggi, kelembaban udara yang tinggi, dan sinar matahari sepanjang tahun.

Gunung Bromo, Indonesia

Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak gunung api dan sering mengalami gempa bumi. Faktanya, Indonesia menjadi negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak karena memiliki 127 gunung api aktif yang tersebar luas dari pulau Sumatera hingga Sulawesi (PVMBG, 2020). Hal ini disebabkan letak Indonesia yang dekat dengan Ring of Fire. Ring of Fire adalah jalur penunjaman yang mengelilingi cekungan samudera Pasifik. Karena adanya gunung api yang tersebar luas di wilayah Indonesia, sumber daya alam pertanian semakin subur karena abu vulkanis yang mengandung mineral dari gunung api dapat menyuburkan tanah pertanian. Selain itu, gunung api juga dapat menjadi tempat penyimpanan air dan mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah (Abdi, 2020). Kedua faktor ini membantu suburnya beragam tanaman di Indonesia, salah satunya adalah gandum yang dapat dimanfaatkan untuk membuat roti.

Berbagai jenis roti

Roti adalah salah satu makanan sarapan yang tergolong praktis. Umumnya, roti berbahan dasar utama tepung gandum dan air yang difermentasikan dengan ragi, namun roti juga sering diolah dengan berbagai bahan seperti mentega, telur, dan susu untuk mendapatkan rasa dan tekstur tertentu. Roti diolah dengan cara dipanggang dalam sebuah oven, namun juga dapat diolah kembali seperti dibakar, diberi selai, dan diberi isi menjadi sebuah sandwich. Bentuk dan jenis roti beragam, mulai dari roti tawar hingga roti pizza. ‎Roti adalah sumber energi yang besar karena kaya akan karbohidrat kompleks. Tubuh manusia perlahan-lahan mengubah karbohidrat ini menjadi gula, yang digunakan tubuh sebagai energi. Roti gandum utuh juga kaya serat yang dapat membantu sistem pencernaan tubuh.‎ Roti mengandung banyak nutrisi karena diperkaya dengan zat besi, asam folat, dan vitamin B lainnya, termasuk niasin, thiamin, dan riboflavin. (Franklin, 2018)

Berkembangnya teknologi pengolahan makanan dari proses globalisasi menjadikan makanan lebih cepat dibuat dan diolah, seperti halnya dengan makanan cepat saji. Makanan cepat saji saat ini dianggap lebih enak, cepat, tersedia luas, dan beragam pilihannya. Dibandingkan dengan makanan cepat saji, membuat makanan dengan bioteknologi konvensional dapat memakan banyak waktu dan tenaga, seperti dalam proses fermentasi. Karena itu, orang-orang sekarang lebih memilih makanan cepat saji dibanding makanan yang dibuat dengan bioteknologi konvensional.

Namun, tidak semua jenis makanan cepat saji sehat dan aman untuk dikonsumsi secara terus menerus, terutama dalam porsi yang berlebihan. Makanan cepat saji ini mengandung banyak kalori, gula, lemak kolesterol, dan garam. Apalagi jika diolah dengan cara digoreng yang dapat mengurangi kandungan gizi. Jika dikonsumsi secara berlebih, makanan cepat saji dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan (Alodokter, 2020). Sedangkan, makanan yang dibuat dengan bioteknologi konvensional tidak memiliki ciri-ciri tersebut. Makanan yang dibuat dengan proses bioteknologi konvensional lebih teratur dan bergizi karena dilakukan sendiri dan menggunakan bahan yang banyak tersedia. Terlebih, bahan dan proses yang diperlukan untuk menggunakan bioteknologi konvensional sangat terjangkau dan sederhana. Makanan yang dibuat dengan bioteknologi konvensional juga tidak kalah enak dengan makanan cepat saji, contohnya roti, keju, dan yoghurt.

Globalisasi yang terjadi saat ini telah membawa banyak kemajuan dalam hal pangan. Makanan yang dahulu membutuhkan waktu lama untuk dibuat, sekarang menjadi lebih cepat dan praktis, bahkan tersedia secara luas dan sekarang disebut cepat saji. Namun, teknologi dan perkembangan dari globalisasi tidak selalu menguntungkan. Beberapa jenis perkembangan seperti makanan cepat saji tidak aman untuk kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan. Karena itu, makanan yang dibuat dengan bantuan bioteknologi konvensional dapat menjadi pilihan yang sehat. Ditambah dengan tersedianya banyak sumber daya alam di Indonesia, pembuatan makanan dengan bantuan bioteknologi konvensional seharusnya menjadi lebih mudah dan terjangkau.



Proses pembuatan Roti Tawar

Produk roti tawar dengan menggunakan bioteknologi konvensional

Alat yang digunakan:

  1. 1 Mixer untuk mencampur adonan
  2. 2 loyang roti kotak besi untuk wadah roti
  3. 1 Oven untuk memanggang roti
  4. 1 Loyang adonan untuk wadah adonan
  5. 1 Pisau bergerigi untuk memotong roti
  6. 1 Kuas mentega untuk mengoles mentega pada loyang roti
  7. 1 Sendok takar untuk menakar bahan
  8. 1 Timbangan untuk mengukur berat bahan
  9. 1 Pengaduk adonan untuk mengaduk adonan

Bahan yang digunakan:

  1. 11 gram ragi kering Saccharomyces cerevisiae
  2. 900 gram terigu protein tinggi
  3. 100 gram terigu protein sedang
  4. 200 gram gula pasir
  5. 30 gram susu bubuk
  6. 2 butir telur
  7. 2 butir kuning telur
  8. 360 ml susu
  9. ½ sendok teh pelembut roti
  10. 160 gram margarin/butter

Cara kerja:

  1. Campur terigu, gula, susu bubuk, dan pelembut roti hingga merata dalam loyang adonan
  2. Campur susu dengan ragi
  3. Masukkan susu dan telur sambil mencampur dengan mixer sampai setengah kalis
  4. Masukkan mentega dan garam, kemudian aduk dengan mixer sampai kalis
  5. Istirahatkan adonan selama 15 menit
  6. Oles tipis loyang roti dengan mentega, kemudian beri sedikit taburan tepung
  7. Susun adonan dalam loyang roti, kemudian istirahatkan 45 menit hingga 1 jam sampai mengembang dua kali lipat
  8. Masukkan loyang roti ke dalam oven dan panggang dengan api kecil atau suhu 180°C selama 45 menit
  9. Angkat roti dari oven dan oles permukaan roti dengan mentega
  10. Tunggu roti mendingin hingga suhu ruangan, kemudian potong dengan pisau bergerigi

Daftar Pustaka

Abdi, H. (2020). 6 manfaat gunung berapi bagi kehidupan manusia, jaga kelestariannya. Diakses pada 26 April 2021 dari https://hot.liputan6.com/read/4254460/6-manfaat-gunung-berapi-bagi-kehidupan-manusia-jaga-kelestariannya

Alodokter. (2020). Ini Bahaya Makanan Siap Saji yang Bisa Mengintai Anda. Diakses pada 15 April 2021 dari https://www.alodokter.com/ini-bahaya-makanan-siap-saji-yang-bisa-mengintai-anda

Diniari, E. B. (2018). Mengenal Dampak Negatif dan Dampak Positif Globalisasi | Geografi Kelas 11. Diakses pada 20 April 2021 dari https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-dampak-negatif-dan-dampak-positif-globalisasi

Franklin, Peter S. (2018). Bread. Encyclopedia of Food and Culture. Diakses pada 24 April 2021 dari https://www.encyclopedia.com/food/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/bread

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. (2020). Tipe gunung api di Indonesia (A, B, dan C). Diakses pada 24 April dari https://magma.esdm.go.id

Rahmatunnisa, R. (2018). Biologi Kelas 9 | Bioteknologi: Pengertian, Penggolongan, dan Penerapannya. Diakses pada 15 April 2021 dari https://www.ruangguru.com/blog/bioteknologi-pengertian-penggolongan-dan-penerapannya

Ruangguru (2020). Letak geografis dan letak astronomis Indonesia | Geografi kelas 7. Diakses pada 24 April 2021 dari https://www.ruangguru.com/blog/letak-geografis-dan-letak-astronomis-indonesia

Tim Abdi Guru, Sulistyono, A., Triyono, A., Sutanto, A., Suryo Cahyo, B., Purjiyanta, E., & S. (2018). IPA terpadu jilid 3 kelas IX SMP/MTs. Penerbit Erlangga. Universitas Nasional Pionir Perubahan (2017). Manfaat bioteknologi pertanian dalam mensejahterakan petani di Indonesia. Diakses pada 19 April 2021 dari https://www.unas.ac.id/berita/manfaat-bioteknologi-pertanian-dalam-mensejahterakan-petani-di-indonesia/

Bahasa Indonesia, Biologi, IPS, Prakarya, IT